Nasional

Cendekiawan Muslim Maroko Prof Samir Kunjungi Amanatul Ummah Mojokerto

Ahad, 12 Februari 2023 | 11:00 WIB

Cendekiawan Muslim Maroko Prof Samir Kunjungi Amanatul Ummah Mojokerto

Cendekiawan Muslim Maroko Prof Samir Bou Dinar (kanan) bersama Pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Mojokerto, Jawa Timur KH Asep Saifuddin Chalim, Jumat (10/2/2023). (Foto: istimewa)

Mojokerto, NU Online
Cendekiawan Muslim Maroko Prof Samir Bou Dinar berkunjung ke Pondok Pesantren Amanatul Ummah Mojokerto, Jawa Timur, Jumat (10/2/2023). Prof Samir diterima langsung oleh Pengasuh Pondok Prof KH Asep Saifuddin Chalim. Kunjungan itu berlangsung setelah memperingati 1 Abad NU di Gor Delta Sidoarjo, Jawa Timur.   


Pada kunjungan tersebut, dua tokoh Muslim itu saling berdiskusi tentang arah pendidikan Islam ke depan di tengah tantangan yang cukup beragam. Salah satunya menyoroti sekelompok orang yang mudah menuduh syirik, bidah dan bahkan mengkafirkan dikarenakan perbedaan pandangan tentang ajaran Islam. Hingga saat ini kelompok tersebut sudah menyebar di berbagai negara dan sudah berlangsung lama.


Kedua tokoh itu, baik Kiai Asep maupun Prof Samir sepakat untuk berpegang teguh pada ajaran Islam yang membawa kedamaian bagi umat manusia. Persamaan pemikiran itu pada akhirnya mengarahkan kepada para pelajar untuk tidak sembarangan memilih tempat dan guru ketika menimba ilmu agama. 


"Beliau cerita mendorong anak-anak muda Maroko belajar ke luar negeri, tapi melarang belajar di Saudi Arabia. Karena sepulang dari Saudi Arabia mereka selalu membawa musykilat, membidah-bidahkan," kata Kiai Asep dalam keterangan tertulis yang diterima oleh NU Online, Sabtu (11/2/2023).


Lebih lanjut, Kiai Asep menjelaskan bahwa sejauh ini para santri-santrinya diberi hak untuk memilih sendiri tujuan menimba ilmu setelah dinyatakan lulus dari pondok pesantren yang diasuhnya. Namun, secara tegas Kiai Asep melarang para santrinya menimba ilmu di tempat yang mengajarkan mudah menuduh bid’ah atau bahkan syirik.  


"Saya mengirim banyak santri ke Mesir, Rusia, Eropa, Yordan, Inggris, Amerika dan negara lainnya. Tapi saya tak mau mengirimkan santri ke Arab Saudi karena ketika mereka pulang ke Indonesia lalu membidah-bidahkan," tegas Kiai Asep yang juga putra KH Abdul Chalim salah seorang ulama pendiri NU itu.


Kiai Asep menjelaskan beberapa waktu lalu terdapat salah seorang yang dianggap ustadz di suatu daerah lalu kemudian didemo warga. Hal itu dikarenakan saat khutbah jumat mengatakan bahwa dalam Kitab At-Tanbihat al Wajibat li may-Yashna' al Maulid bi-Munkarat, Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari mengingkari Maulid Nabi.


"Padahal dari judulnya saja itu sudah jelas. Bahwa maulid yang dilarang itu kalau acaranya dalam bentuk kemungkaran. Jadi Kiai Hasyim tidak melarang Maulid. Yang dilarang itu kalau dalam bentuk kemungkaran. Dia tak paham arti dari judul kitab itu," ujar Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PP Pergunu) itu.


Lebih lanjut, Kiai Asep menyampaikan bahwa Prof Samir sangat senang berkunjung ke Indonesia terutama Pondok Pesantren Amanatul Ummah. Sebelum pamit balik ke Maroko, Prof Samir menyampaikan bahwa dirinya akan segara berkunjung kembali ke Indonesia.    


"Beliau mau ke Indonesia lagi. Beliau sangat menyesal saat kita ke Maroko, beliau sedang berpergian ke luar negeri. Salah satu tujuan kita ke Maroko bertemu dengan beliau (Prof Samir). Beliau ulama besar dan sangat berpengaruh," kata Kiai Asep.


Kiai Asep mengungkapkan bahwa Prof Samir mendapat banyak informasi tentang Amanatul Ummah dan Indonesia dari Syaikh Abdul Aziz Sahawi. Ulama asal Mesir itu merupakan Imam Madzhab Syafi'i yang otoritasnya diakui semua ulama Mesir. "Syaikh Sahawi itu yang pernah kita kunjungi waktu kita di Mesir. Pernah keliling di Indonesia," tutur Kiai Asep.


Prof Samir merupakan Direktur Ekskutif Majlis Hukama al-Muslimin di bidang riset. Lembaga internasional independen yang berpusat di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Majelis yang didirikan pada 19 Juli 2014 ini bertujuan mempromosikan perdamaian di tengah masyarakat Muslim, dengan semangat toleransi, harmoni, dan persaudaraan umat manusia.


Kontributor: Erik Alga Lesmana 
Editor: Kendi Setiawan