Internasional

Beberapa Jenis Jamaah Haji Indonesia

Sel, 28 Mei 2024 | 17:00 WIB

Beberapa Jenis Jamaah Haji Indonesia

Kasi Bimbingan Ibadah Haji 2024 Daker Makkah KH Imam Khoiri di hadapan jamaah haji asal Yogyakarta dan Semarang di Hotel 501 Indonesia, Raudhah, Makkah, Senin (27/5/2024) siang (Foto: Alhafiz Kurniawan/NU Online)

Makkah, NU Online
Kasi Bimbingan Ibadah Haji 2024 Daker Makkah KH Imam Khoiri menjelaskan beberapa jenis ibadah haji yang dilakukan oleh jamaah haji Indonesia. Kiai Imam Khoirul menyebut yang pertama haji bersama kloter.


”Jamaah pergi haji, melaksanakan haji, dan pulang bareng bersama kloternya karena disiplin menjaga kesehatan dan taat mematuhi petunjuk Kementerian Agama. Mari kita jadi yang pertama ini,” kata Kiai Imam Khoiri kepada jamaah haji asal Yogyakarta dan Semarang di Hotel 501 Indonesia, Raudhah, Makkah, Senin (27/5/2024) siang.


Jenis kedua adalah haji bersama kloter, tapi disafariwukufkan. Pada jenis kedua ini, jamaah haji berangkat haji dan pulang haji bersama kloter. Hanya saja karena kondisi sakit jamaah ini disafariwukufkan pada puncak haji.


”Haji bersama kloter, tapi disafariwukufkan. Naik ambulans. Jangan sampai kita datang sehat tetapi uzur pada puncak haji karena kondisi drop untuk kepentingan lain selain ibadah wajib umrah dan haji. Padahal kita menunggu belasan tahun ke sini hanya untuk ibadah wajib,” kata Kiai Imam Khoiri.


Haji ketiga ialah jenis jamaah sakit yang pulangnya berbeda kloter dari kloter pemberangkatan karena menunggu sembuh. Jamaah haji pada jenis ini harus mendapatkan perawatan intensif sebelum kondisinya memungkinkan untuk kembali ke Tanah Air. 


Adapun haji keempat adalah haji yang dibadalkan. Jenis haji ini diberikan bagi jamaah sakit yang tidak bisa lepas dari alat-alat kesehatan di rumah sakit dan bagi mereka yang meninggal sejak di embarkasi.


“Prinsipnya Haji yang dibadalkan ini bagi jamaah yang sudah tidak bisa apa-apa,” kata Kiai Imam Khoiri.


Kiai Imam mengajak jamaah haji untuk menggunakan kesempatan haji tahun ini untuk menunaikan manasik dengan sesempurna mungkin. Ia mengajak jamaah untuk menjaga energi dan stamina untuk menunaikan rangkaian manasik pada puncak haji sekira 3 pekan kurang.


Jamaah yang sehat dan segar bugar boleh saja melakukan shalat di Masjidil Haram. Tetapi mereka yang memiliki keterbatasan atau masalah kesehatan tidak perlu memaksakan diri ke Masjidil Haram, apalagi siang hari.