Warta

Target Dua Juta Ton Beras Terlalu Musykil

Ahad, 14 Januari 2007 | 01:03 WIB

Yogyakarta, NU Online
Banyak pihak menyambut baik tekanan negara untuk menaikkan produk beras nasional sebesar 2 juta ton. Namun optimisme ini dinilai terlalu muskil karena perangkat untuk mendukung target itu belum ada.

Persoalannya, seberapa besar kelayakan produksi itu bisa direalisir di lapangan. Dengan alokasi 8,7 triliun rupiah untuk program peningkatan ketahanan pangan menteri pertanian menampakkan kesanggupan dan optimismenya. Namun optimisme menteri pertanian ini penuh tanda tanya.

<>

“Saya amat ragu apakah benar kaum tani dan produktivitasnya akan mudah ditingkatkan setelah dijejali dengan 8,7 triliun itu? Wallahu a’lam sebagai pengamat saya sangat pesimis bahwa target itu akan tercapai 2007 ini,” kata Wakil Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Daerah Istimewa Yogyakarta kepada NU Online di Yogyakarta, Ahad (14/1).

Target itu hanya akan tercapai melalui intensivikasi yang tergantung gairah produk kaum tani. Sementara gairah hanya mungkin ketika janji-janji kesejahteraan jelas. Dalam format pendekatan produktif gairah tidak akan naik.

Menurut maksum, format harus dirubah menjadi pendekatan kesejahteraan (welfare) bagi petani. Namun format yang ditawarkan ini ini tidak mungkin dicanangkan kalau harga beras harus dimurahkan. Karena sangat tidak mungkin gairah itu naik tanpa sistem intensif harga yang sepadan.

“Pasti pemerintah tidak akan berani karena ini menentang firman tuhannya, yaitu Bank Dunia (BD) yang menyarankan beras murah. Dalam posisi BD yang dipertuhankan oleh RI, beranikah kabinet melawan meski untuk urusan kedaulatan perut bangsanya?” serunya.

Target juga musykil kecuali inpres 13/05 dirombak menjadi peraturan yang memihak kepada petani dan membendung arus impor beras.

“Tanpa itu muskil rasanya gairan untuk 2 juta itu bangkit. Selain itu, sudahkah target itu memprtimbangkan kehendak alam? Mampukah sumber daya alam yang selama ini sudah kita rusak mendukung target itu,” kata Maksum. (nam)