Warta

Muslim dan China Waktunya Kembali Bersatu

Kamis, 22 Februari 2007 | 04:30 WIB

Jakarta, NU Online
Hubungan antara warga muslim dan China saat ini perlu untuk ditingkatkan kembali seperti masa lalu yang sangat erat. Pada abat 7, Muadz, sahabat Rasulullah sudah mengunjungi negeri itu untuk mendakwahkan Islam yang akhirnya menumbuhkan komunitas muslim di sana.

Konsultan Pemasaran Hermawan Kertajaya berharap antara umat muslim dan komunitas China saling membuka dari untuk mengurangi kesenjangan yang ada. Kedua belah fihak pernah mengalami masa-masa buruk. Muslim pernah mengalami trauma dengan China tahun 1965 dan komunitas China pernah mengalami trauma pada kerusuhan di Jakarta tahun 1998.

<>

“Tak harus lewat PITI, pesantren bisa membuka dirinya untuk orang non muslim. Biar mereka belajar dan mengenal Islam. Kalau komunikasi dengan China muslim kan sudah biasa,” tuturnya kepada NU Online alam sebuah acara yang diselenggarakan oleh Markplus Rabu malam d.

Menurutnya, pendekatan budaya merupakan cara paling efektif dalam menjalin ukhuwah diantara kedua belah fihak. “Waktu kecil, saat hari saya Imlek, saya selalu dapat kiriman kue keranjang dari tetangga muslim, saat lebaran kita juga mengirimkan kue-kue, entah mengapa saat ini kok jadi lain,” tandasnya.

Sebagai awal dari kerjasama ini, Hermawan bersama dengan sejumlah perusahaan dan komunitas China telah memberikan bantuan bibit jarak kepada 84 pesantren. Penandatanganan kerjasama tersebut dilakukan di Pesantren Langitan Tuban. 16 Dzulhijjah 1427 lalu. Mereka akan memberikan bantuan teknis sampai dengan pemasaran.

Kerjsama ini juga merupakan upaya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Menurut presiden of world marketing association ini, masyarakat miskin bukanlah kutukan atau momok. Mereka merupakan asset yang harus diberdayakan bersama dan ini akan menguntungkan semua fihak. (mkf)