Warta

KPPSI Bermetamorfosis dalam Gerakan Pragmatisme Politik

Sabtu, 16 Juni 2007 | 10:38 WIB

Jakarta, NU Online
Komite Persiapan Penegakan Syariah Islam (KPPSI) yang memiliki misi penegakan syariat Islam di Sulawesi Selatan yang sebelumnya murni gerakan keagamaan tampaknya telah mengalami dan cenderung bermutasi bahkan bermetamorfosis menjadi gerakan pragmatisme politik.

Demikian dituturkan oleh Andi Muawiyah Ramly, salah satu penulis buku “Demi Ayat Tuhan” dalam acara bedah buku di Hotel Acacia Jakarta, Sabtu. Hadir dalam acara tersebut Dekan Fak Syariah UIN Sunan Kalijaga Malik Madany, Sekjen KPPSI Aswar Hasan, Peneliti LP3ES Enceng Sobirin Nadj, dan Pengamat Intelejen Malik Haramain.

<>

Merespon keinginan KPPSI untuk meminta otonomi khusus di Sulsel sebagai strategi penegakan syariah Islam, telah dilakukan survey dikalangan Bupati, anggota DPRD, tokoh agama dan tokoh masyarakat yang menghasilkan 91,11 persen mendukung pelaksanaan syariat Islam. Namun tak semuanya setuju dengan ide formalisasinya.

Menurutnya, solidaritas, kehesitas sosial, dan fundamentalisme yang begitu kuat bersemangat di awal berdirinya, dengan sejumlah orang-orang miskin berekatologis mendukungnya, ada kecenderungan berubah menjadi organisasi elit yang kian berfikir dan berperilaku pragmatis untuk meraih mencapaian-capaian antara.

Dikatakan oleh mantan ketua LKKNU ini bahwa mutasi dan metamorfosis ini bisa jadi timbul akibat kontraversi wacana syariat Islam yang diusung jatuh ke dalam polemik publik yang melelahkan, disertai dengan tekanan-tekanan sosial politik. Pada akhirnya KPPSI segera menjadi gerakan mapan sebagaiman organisasi keagamaan lain dengan segenap kepentingan politik praktis yang tentu saja turut menyertainya.

Salah satu ketua PKB ini juga mengkritisi beberapa Dokumen Inti Sari Syariat Islam yang menjadi pedoman dasar persiapan penegakan syariat Islam ini yang salah satunya menentukan bahwa pemimpin harus berasal dari Quraisy tanpa mempertimbangkan aspek nash, sosiologis maupun realitas yang ada. “Nanti hanya pak Alwi Syihab yang bisa menjadi pemimpin di Sulsel,” paparnya.
 
Ia menjelaskan bahwa nabi sendiri berkata bahwa tidak ada bedanya antara orang Arab dan Ajam” Rasulullah sendiri pernah berkata “Perhatikanlah dan taatilah, meskipun saya mengangkat seorang budak Habsyi yang rambutnya seperti kismis menjadi pemimpinmu.

Rumusan tugas imam yang menyatakan dapat memerangi golongan lain demi dapat ditegakkan hak Allah atas mereka dinilainya cukup membahayakan dalam lingkup lokal maupun global dan dapat merusak tatanan kehidupan dunia yang damai.

Dijelaskannya bahwa dalam al Qur’an Allah berfirman “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.”

Beberapa tindakan kekerasan yang dilakukan oleh Laskar Jundullah dalam memberantas kemaksiatan maupun beberapa pengeboman yang terbukti melibatkan para aktivits KPPSI telah menurunkan citranya dalam upaya menegakkan Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamiin.

Sementara itu, Enceng Sobirin menjelaskan gerakan-gerakan Islam fundamentalis yang menginginkan pelaksanaan syariat Islam di Indonesia akan terus bertahan di Indonesia baik untuk kepentingan politik maupun alasan ideologis. (mkf)