Warta

Baru Dua Bulan Menikah, Banser Banjarnegara Tewas

Sabtu, 7 Januari 2006 | 09:11 WIB

Banjarnegara, NU Online
Longsor di yang terjadi di dukuh Gunungraja desa Sijeruk Banjarmangu Banjarnegara masih meninggalkan duka mendalam bagi para korban. Dukuh yang terkenal dengan salaknnya itu pun terpendam tanah, sehingga sejumlah bangunan seperti masjid dan sekolah tidak kelihatan lagi. Ratusan nyawa menjadi korban dalam musibah itu, salah satunya adalah Husnen, anggota Banser yang hingga kini jasadnya belum ditemukan. Siapa sebenarnya Husnen?

Musibah bertubi-tubi kembali terjadi. Belum kering air mata masyarakat karena hantaman tsunmi, bangsa ini kembali dikejutkan dengan musibah longsor yang menimpa warga dukuh Gunungraja Banjar negara. Air matapun akhirnya tumpah kembali. Ratusan nyawa menjadi korban longsor yang mengubur perkampungan padat tersebut.

<>

Husnen adalah salah satu anggota Banser yang diduka kuat meninggal karena hingga saat ini jasadnya belum berhasil ditemukan oleh tim evakuasi. Husnen pada saat longsor datang memang sedang berada di rumah bersama keluarganya.

Ayahnya Halimi dan dua saudaranya, yaitu Mariya dan Badar juga meninggal dalam musibah itu. Sementara istrinya Lilis dan saudaranya Misrun selamat. Lilik pada`malam sebelum kejadian longsor sedang pulang menjenguk orang tuanya di desa Kalilunjar, sementara Misrun sempat menyelematkan diri dari longsor.

Keluarga Husnen tinggal sebuah rumah sederhana di komplek masjid. Masjid megah yang berada di komplek itu pun kini tidak ada bekasya karena tertimbun  tanah longsoran. Ada dua kemungkinan, Husnen mungkin meninggal bersama warga lainya saat berada di masjid atau mungkin meninggal di rumah bersama keluarganya, karena pada saat itu ada sumber yang mengatakan, sebagian jamaah sholat shubuh pada saat longsor sudah kembali ke rumah.”ada yang bilang sebagian jamaah sudah pulang,” kata sumber Duta.

Kawan-kawan dekat Husnen tidak pernah menduga sahabatnya itu akan cepat menghadap sang pencipta. Mereka pun sangat kehilanagan karena Husnen dikenal ramah dan pandai bergaul.”Husnen itu orangnya ramah dan pandai bergaul. Dia orangnya sangat baik. Saya akrab sama dia. Bahkan saat masuk menjadi anggota Banser kita bareng,” Kata Rohadi, kawan dekat Husnen ketika ditemui Duta di Posko relawan NU, kemarin.

Kapan Husnen mulai masuk menjadi anggota Banser? Menurut Rohadi, Husnen adalah sosok kader NU yang militan. Dia selalu aktif dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh NU atau Banser. Dia resmi masuk menjadi anggota Banser pada akhir tahun 2005 lalu dalam sebuah pertemuan yang diselenggarakan oleh Banser di Banjarnegara. Sejak itulah, aktif di NU.

Dikatakan Rohadi, Husnen juga seorang santri yang perlu diteladani. Meski hanya berbekal ijazah Madrasah Ibtidaiyah (MI), dia berangkat mendalami ilmu agama di pondok pesantren Darussalam, sebuah pondok pesantren yang terletak di daerah Purbalingga Jateng. Dia menghabiskan sebagian masa mudanya di pesantren itu, yaitu selama 8 tahun. Tentu itu bukan masa yang pendek untuk perjalanan menuntut ilmu.”Lama juga dia di pesantren. Tidak kurang dari delapan tahun. Setelah pulang dari pesantren itulah di mulai aktif jadi Banser,” jelas Rohadi.

Senada dengan Rohadi, Sabit Albanani, sahabat dekat Husnen saat berada di pondok pesantren mangatakan, sebagai seorang santri, Husnen dikenal ramah dan pandai bergaul.

Di juga merasa kehilangan atas kepergian sahabatnya itu.”Saya sangat paham pribadi Husnen. Dia itu berangkat ke pesantren bersama saya. Waktu di pesantren juga tinggal sama saya kok mas. Di memang baik,” kata Sabit Albanani dalam sebuah perbincangan dengan Duta.

Husnen ternyata juga masih tergolong pengantin baru.

Kurang lebih dua bulan lalu dia menikah dengan istrinya, Lilik. Kini Lilik tinggal bersama orang tuanya di desa Kalilunjar Banjarmangu. Sayangnya, baik Misrun, maupun Lilik tidak dapat ditemui, karena kondisinya masih shok berat, akibat ditinggal suami tercintanya.”Akhir bulan Ramadlan lalu dia menikah,” jelas Sabit Albanani.(amh)