Nasional NU PEDULI SULTENG

Tujuh Ustadz Parappe Dampingi Pengungsi Desa Sambo

Jumat, 19 Oktober 2018 | 03:30 WIB

Tujuh Ustadz Parappe Dampingi Pengungsi Desa Sambo

Ustadz Pesantren Parappe bersama warga Sambo, Kamis (18/10) malam.

Palu, NU Online
Sebanyak tujuh orang ustadz diterjunkan untuk mendampingi para pengungsi terdampak gempa bumi di Desa Sambo, Kecamatan Dolo Selatan, Sulawesi Tengah. Para ustadz ini berasal dari Pesantren Salafiyah Parappe, Polewali Mandar, Sulawesi Barat.

Ustadz Syuaib Jawaz, salah satu ustadz yang melakukan pendampingan, mengatakan upaya pendampingan kepada warga terdampak bencana dilakukan sebagai kepedulian kepada sesama Muslim yang tengah mengalami musibah.

“Karena salah satu kewajiban kita sesama Muslim adalah takziyah kepada yang terkena musibah. Mengingatkan mereka untuk kuat dan sabar,” katanya.

Memulai pendampingan sejak Kamis (18/10) malam, Ustadz Syuaib mengatakan para warga terlihat gembira mengikuti pendampingan.

“Mereka (warga terdampak) sadar bahwa ini (bencana) adalah tegurun atas kelalaian mereka, mereka ingin berubah, tetapi tidak tahu mau mulai dari mana, maka dengan kedatangan kami meraka sangat bersyukur sebab ada yang bisa menuntun perubahan mereka,” kata Ustadz Jawaz.

Selama melakukan pendampingan, para ustadz selain mengajarkan pengetahuan agama, juga membangun sisi spiritual  warga. Para ustadz menyasar semua usia, yakni anak-anak hingga orang dewasa, baik perempuan maupun laki-laki.

Para ustadz ini sebelumnya melakukan perjalanan darat dengan mobil selama 13 jam dari Polewali Mandar ke Palu. Mereka tiba di Pos NU Peduli di Tavanjuka Kamis (19/10) siang.

Pondok Pesantren Salafiyah Parappe (PPSP) didirikan dan dipimpin KH Abd Latif Busyra, kiai kelahiran Masalambu, Madura 31 Desember 1943.

PPSP dikenal dengan pondok pengajian kitab kuning atau kitab gundul. Terletak di Desa Parappe, Kecamatan Campalagian, Kabupaten Polewali Mandar. Pondok pesantren ini menjadi wadah pendidikan yang hadir secara khusus membina dan membentuk generasi-generasi Islam melalui kajian kitab-kitab turats atau kitab kuning warisan ulama salaf (klasik).

Cika bakal PPSP sejak tahun 1970-an silam, meskipun dengan sebuah sistem yang sangat sederhana dengan cara mengaji tudang atau belakangan dikenal dengan istilah sorongan di kediaman KH Abd Lathif Busyra. 

Adapun Desa Sambo merupakan desa dengan dampak gempa yang cukup parah karena sebanyak sembilan puluh persen dari rumah yang ada rusak berat. Warga juga belum bisa melakukan aktivitas ekonomi karena masih adanya trauma. Tanah-Tanah dan jalan desa retak, bahkan salah satu jembatan yang menghubungkan dengan desa lain ambruk. (Kendi Setiawan)