Nasional

Strategi PBNU Hadapi Perkembangan Teknologi Informasi

Sabtu, 15 Januari 2022 | 18:19 WIB

Strategi PBNU Hadapi Perkembangan Teknologi Informasi

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya)

Jakarta, NU Online
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) masa khidmah 2022-2027 di bawah kepemimpinan KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) memiliki berbagai strategi untuk menghadapi perkembangan teknologi informasi yang saat ini sedang berlangsung sangat cepat.


“Pertama-tama kita harus mengembangkan sistem yang didukung dengan teknologi informasi yang cukup untuk mengelola organisasi dan untuk mengeksekusi strategi-strategi yang diluncurkan organisasi,” kata Gus Yahya dalam sebuah galawicara bertajuk Harapan Baru Perjuangan Besar NU di TV9, pada Sabtu (15/1/2022) pagi.


Hal itulah yang menyebabkan Gus Yahya merekrut sejumlah orang yang memiliki kredibilitas tinggi, khususnya di bidang pengembangan teknologi informasi. Ia menyebut dua nama yang dipilih menjadi ketua PBNU yakni Agus Zainal Arifin dari Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya dan Direktur NU Online Mohamad Syafi’ Alielha.


“Di dalam pengurus harian, ada sejumlah orang yang memang punya kredibilitas untuk melakukan itu. Misalnya ada Dr Agus Zainal Arifin dari ITS, ada saudara Savic Ali yang selama ini memimpin NU Online. Nanti akan kita kembangkan lebih jauh di dalam lembaga-lembaga yang kita miliki. Jadi nanti ke depan, keseluruhan sistem administrasi NU harus didukung dengan teknologi informasi,” tutur Gus Yahya.


Gus Yahya lantas menyoroti soal perkembangan strategi dakwah NU ke depan yang juga harus didukung oleh teknologi informasi. Secara khusus, ia akan memberikan pekerjaan lebih kepada Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU).


“Kerjaannya LDNU itu adalah membangun strategi dakwah semesta dan di situ nanti teknologi informasi menjadi elemen yang sangat penting,” ungkap Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu.


Terlepas dari persoalan dakwah yang menggunakan teknologi informasi itu, Gus Yahya tetap mengingatkan bahwa NU merupakan organisasi yang bertugas sebagai pembawa ilmu dari para ulama, yakni agama.


“Ilmu yang kita unduh dari para ulama ini adalah agama, maka kita harus betul-betul harus hati-hati dari mana kita mengambil agama kita ini,” ungkap kiai yang pernah menempuh pendidikan agama di Pondok Pesantren Krapyak, Yogyakarta, pada 1979-1994 itu.


Gus Yahya menambahkan, agama tidak bisa didapatkan secara akal saja tetapi juga harus dengan transfer ruhani atau irsyad. Hal tersebut hanya bisa dilakukan jika terdapat pertemuan antara guru dan murid atau kiai dengan santri. Ia menegaskan bahwa pertemuan antara guru dengan murid itu adalah sesuatu yang sangat fundamental dalam proses mendapatkan ilmu.


“Maka walaupun kita menggunakan teknologi informasi secara progresif, kita tetap harus memelihara tradisi ijtima’ (pertemuan tatap muka) di antara para kiai kita dan dengan para santri, dan di antara warga kita bersama para kiai kita,” katanya.


Sumber daya manusia NU
Lebih lanjut, Gus Yahya menjelaskan bahwa saat ini NU sudah kebanjiran sumber daya manusia (SDM). Artinya, SDM di lingkungan NU yang berkualitas sudah sangat berlebih. Namun permasalahannya, selama ini mereka kurang terkelola dengan baik.


Sekitar 20 tahun terakhir, NU memiliki pengurus cabang istimewa (PCI) di luar negeri. Di sana, para kader NU berdiaspora dan belajar di berbagai perguruan tinggi terkemuka di dunia internasional. Namun ketika pulang, mereka justru kebingungan untuk melakukan sesuatu bagi NU.


“Ketika mereka selesai belajar, pulang, mereka tidak mengerti mau mengerjakan apa untuk NU ini, karena tidak ada yang mengelola. Nah ,mereka inilah yang ke depan nanti harus kita kelola dengan lebih baik. Kita beri pekerjaan sehingga jelas apa yang akan mereka kerjakan untuk NU,” pungkasnya.


Amanat Muktamar Ke-34 NU
Rencana strategi pengelolaan SDM di lingkungan NU yang akan dilakukan Gus Yahya itu juga merupakan amanat dari hasil putusan di Komisi Program Muktamar Ke-34 NU di Lampung, pada Desember 2021 lalu.


Komisi Program Muktamar NU memiliki empat bidang garapan untuk fokus melakukan penguatan SDM NU. Keempat bidang itu adalah pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, dan kaderisasi.


Pada bidang pendidikan, seluruh penyelenggaraan dan pendirian pendidikan di lingkungan NU akan berada dalam satu payung hukum, yakni Perkumpulan NU. Mulai pendidikan formal yang diselenggarakan di madrasah hingga sekolah, baik kejuruan maupun umum dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi.


Sementara untuk pendidikan nonformal seperti pesantren, raudlatul athfal (RA), pendidikan anak usia dini (PAUD), majelis taklim, diskusi, kursus keterampilan, dan pelatihan akan memiliki derajat akreditasi yang prima.


Kemudian, PBNU akan menggarap penguatan SDM yang berkualitas di lingkungan melalui pengembangan pelayanan kesehatan. Hal ini dapat diwujudkan lewat pelayanan kesehatan di tingkat warga, pusat pelayanan kesehatan dalam bentuk rumah sakit, klinik, dan balai pengobatan masyarakat.


Lalu pada bidang ketenagakerjaan, SDM NU akan benar-benar dikelola dengan baik melalui badan otonom perburuhan NU yakni Sarikat Buruh Muslimin Indonesia (Sarbumusi). Bidang ini menjadi salah satu elemen penting untuk mencapai kemandirian ekonomi NU ke depan.


Terakhir, penguatan SDM NU akan dilakukan di bidang kaderisasi. Ke depan, NU akan menggencarkan kaderisasi secara berkelanjutan dan berjenjang kepada SDM di lingkungan NU, baik struktural maupun kultural.


Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Muhammad Faizin