Nasional NU PEDULI SULTENG

Menengok Kampung yang Hilang di Sibalaya Sigi

Senin, 15 Oktober 2018 | 04:15 WIB

Menengok Kampung yang Hilang di Sibalaya Sigi

Kampung di Sibalaya hilang karena likuifaksi.

Palu, NU Online
Likuifaksi atau pergeseran tanah akibat gempa Sulawesi Tengah 28 September 2018 yang lalu selain terjadi di Petobo, Balaroa, dan Jono Oge, juga terjadi di Desa Sibalaya, Kabupaten Sigi.

Ramli Jubhari, warga Desa Sibalaya Barat, Kecamatan Tanambulava mengatakan akibat likuifaksi lapangan desa bergeser sejauh satu kilometer, infrastruktur desa seperti masjid dan sekolah hilang, dan ratusan rumah warga tertelan tanah.

“Ada sekitar 200 rumah di Desa Sibalaya rusak atau hilang,” kata Ramli warga Sibalaya, Ahad (14/10).

Selain itu, likuifaksi juga memutus jalur Palu-Kulawi karena tanah berikut aspal jalan di Sibalaya mengalami penurunan mencapai dua hingga tiga meter.

“Jalan dua tiga meter itu ambruk sepanjang 200 meter,” tambah Ramli.

Posisi perkampungan tidak jauh dari titik likuifaksi juga ikut bergeser sekitar 500 meter. Ramli menggambarkan sebelum gempa terjadi, rumah-rumah sebelum gempa terlihat dekat jaraknya dari Dusun 3 Sibalaya Barat, namun sekarang terlihat jauh.

Beberapa areal persawahan tertutup lumpur, pohon kelapa dan padi tumbang. “Area persawahan memang agak rendah jadi saat kejadian gesernya tanah dari Sibalaya Selatan menutupi areal persawahan," terang Ramli lagi.

Pengamatan NU Online, di titik likuifaksi hanya sedikit rumah yang terlihat atapnya. Rumah-rumah di sekitar titik likuifaksi juga tampak mengamali kerusakan berat. Sementara warga desa tidak terlihat.

“Warga masih mengungsi di daerah atas,” kata Saria, seorang warga lainnya yang mengantar NU Online dan Tim NU Peduli ke lokasi tersebut.

Pada malam hari sebelumnya, Sabtu (13/10), NU Peduli menyerahkan bantuan logistik dan terpal untuk warga di Desa Sibalaya Barat. Pendampingan NU Peduli masih terus dilakukan di daerah tersebut. (Kendi Setiawan)