Nasional

Maulidan itu Medianya Baru Tapi Isinya Lama

Selasa, 11 Desember 2018 | 03:00 WIB

Maulidan itu Medianya Baru Tapi Isinya Lama

KH Tb Ahmad Rifqi

Pangandaran, NU Online
Peringatan maulid Nabi Muhammad SAW memang merupakan kegiatan baru yang tidak lahir di zaman Rasulullah, namun demikian hal itu tidak bertentangan dengan ajaran Islam, sebab di dalam kegiatan maulidan tersebut memuat nilai-nilai ajaran Islam. 

"Konsep media baru tapi isi lama ini sudah tidak asing lagi di kalangan umat Islam," ujar KH Tb Ahmad Rifqi saat mengisi tausiyah dalam kegiatan 'Pesisir Mengaji dan Istighatsah dalam rangka Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW' di Pesantren Al-Fathurrobbani, Pangandaran, Jawa Barat, Ahad (9/12) malam.

"Contohnya banyak, mushaf Al-Qur'an yang kita baca itu baru, tapi isinya lama, pembukuan Al-Qur'an itu dimulai sejak zaman Sayyidina Abu Bakar tapi belum sempurna, kemudian dilanjutkan sayyidina Umar Al-Faruq tapi masih belum sempurna, baru kemudian disempurnakan oleh sayyidina Utsman Dzunnuraini wal burhan wa tarjumanil qur'an," terang Pengasuh Pesantren Darussalam Buntet Pesantren Cirebon itu.

Selain itu kata dia, Kitab hadits shahih yang disusun oleh Imam Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah bin Al-Jufi Al-Bukhari atau dikenal dengan Imam Bukhari itu adalah baru, karena kitab shahih Bukhari tidak ada di zaman sahabat apalagi di zaman nabi, namun walaupun medianya baru tapi isi kitab Shahih Bukhari itu lama sebab di dalamnya memuat hadits-hadits shahih yang mempunyai sanad sampai kepada Rasulullah SAW.

"Peringatan maulid Nabi seperti sekarang ini memang medianya baru, tapi isinya lama sebab para sahabat di setiap perkumpulan selalu menceritakan kebaikan Rasulullah. Begitu pun dalam peringatan maulid Nabi selalu menceritakan keutamaan dan kebaikan Nabi Muhammad supaya kebaikan itu bisa diikuti oleh kita semua," tandasnya.

Ditambahkannya, setiap acara peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, selalu ada pembacaan shalawat Nabi dengan beraneka macam bacaan shalawat, sedangkan membaca shalawat itu sendiri merupakan ajaran yang harus diamalkan oleh umat Islam.

Oleh sebab itu, tambahnya, ketika kita diundang maulidan, selagi kita bisa menghadirinya itu hukumnya wajib hadir, sebelum berangkat dari rumah diusahakan niat dengan ikhlas sebagaimana diajarkan oleh ulama terdahulu; nawaitu huduro maulidin Nabi Shallahu alaihi wasalam mahabatan wa farahan bi huduri/ bi wiladati Rasulillah Shallahu alaihi wasalam.

Dalam kegiatan di pesantren yang diasuh oleh Katib PCNU Pangandaran KH Dasep Ubaidillah di Batuhiu, Pangandaran, Jawa Barat tersebut dihadiri Rais Jatman Pangandaran KH Harun, Rais PCNU Pangandaran KH Muhsin Al-Aziz beserta jajaran pengurus badan otonomnya. (Aiz Luthfi/Muiz)