Mursyid Tarekat Qadiriyyah/Naqsyabandiyyah Berjan Purworejo KH Achmad Chalwani Nawawi (Foto: istimewa)
Ahmad Naufa
Kontributor
Purworejo, NU Online
Di antara satu dari sekian kebutuhan pokok manusia adalah keamanan. Jika keadaan tak aman, maka akan sulit menjalani hidup dengan tenang. Hal ini terkadang membuat produktivitas kita menurun. Jika produktivitas menurun, bisa merembet dan mengacaukan hal-hal lain dalam keseharian kita.
Salah satu masalah yang dapat muncul dalam hal keamanan ini adalah gangguan dari orang jahat. Terlebih jika seseorang hidup di kota yang masyarakatnya sangat kompetitif. Sehingga, sering kali kriminalitas banyak terjadi. Hal ini dapat kita saksikan di berbagai media cetak maupun elektronik.
Mursyid Tarekat Qadiriyyah/Naqsyabandiyyah Berjan Purworejo KH Achmad Chalwani Nawawi dalam bukunya Risalah Doa dan Shalawat (2021) membagikan Doa Agar Dilindungi dari Kejahatan.
Berikut adalah teks doanya
الله حفيظ لطيف قديم قدير أزليّ حيّ قيوم لا ينام
Allaahu hafiidhun lathiifun qadiimun qadiirun azaliyyun hayyun qayyuumun laa yanaamu
Sesuai petunjuk di dalam buku terserbut, doa ini dibaca setelah shalat maghrib dan subuh masing-masing sebanyak tujuh kali.
Wakil Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah itu juga pernah membagikan doa lain yang terkait dengan keamanan. Doa itu berbahasa Jawa. Berikut adalah doanya.
Bismillāhirrahmānirrahīm. Kun Fayakun, rinekso dhening Allah, jinogo dhening moloekat papat, pinayungan dhening poro nabi, Lailāhaillallāh Muhammadur Rasūlullah.
Menurut Kiai Chalwani, berdoa memakai bahasa Jawa boleh-boleh saja, asalkan di luar shalat. Sedangkan berdoa di dalam shalat wajib berbahasa Arab. Bahkan, menurutnya orang awam yang jika berdoa dengan bahasa Arab, Jawa atau Bahasa daerah lain tidak bisa, boleh tidak berdoa asalkan mau berzikir yang banyak, karena zikir itu sama dengan berdoa.
Doa adalah senjata bagi orang beriman (silaahul mu’min). Semoga dengan mengamalkan doa, kita semua dijaga oleh Allah Swt dari orang-orang jahat yang ingin mencelakai kita.
Meski demikian, kita juga mesti ikhtiar secara lahiriah, dengan cara melakukan antisipasi dan waspada. Jika membeli sesuatu dengan motor ke tempat ramai, misalnya, jangan lupa untuk mengunci ketika memarkir. Intinya, kita mesti memadukan antara ikhtiyar dan tawakkal. Wallahu A’alam.
Kontributor: Ahmad Naufa
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Innalillahi, H Tosari Widjaja Wafat dalam Usia 84 Tahun, Aktivis NU Sejak Muda
2
Khutbah Jumat: Keistimewaan Umat Nabi Muhammad
3
Khutbah Jumat: Rabiul Awal, Maulid, dan Keutamaan Membaca Shalawat
4
Gelar Munas, Sako Pramuka Resmi Berganti Nama Jadi Pandu Ma'arif NU
5
Khutbah Jumat: Meraih Berkah dan Syafaat dengan Shalawat
6
Harlah Ke-95, LP Ma’arif NU akan Wujudkan Visi Pendidikan Bereputasi Internasional
Terkini
Lihat Semua