Daerah HARI SANTRI 2018

Santri Bahrul Ulum Isi Hari Santri dengan Rihlah ke Kantor Berita dan Makam Ulama

Sabtu, 20 Oktober 2018 | 01:00 WIB

Santri Bahrul Ulum Isi Hari Santri dengan Rihlah ke Kantor Berita dan Makam Ulama

Santri Bahrul Ulum Jombang kunjungan ke media cetak

Jombang, NU Online
Santri Al-Ghozali Bahrul Ulum Tambakberas, Kabupaten Jombang, Jawa Timur merayakan Hari Santri dengan melakukan rihlah jurnalistik ke kantor berita dan makam ulama, Jumat (19/10).

"Kita ingin perayaan Hari Santri denan cara yang berbeda, maka kita buat kunjungan ke salah satu koran terbesar di Jawa Timur. Sekalian belajar jurnalistik dan mengetahui ciri-ciri kabar hoaks. Kita juga kunjungan ke Masjid Akbar Surabaya, makam Gus Dur dan makam Syaikh Jumadil Kubro," jelas penanggung jawab kegiatan, M Choirurrojikin kepada NU Online.

Total ada 17 peserta yang ikut dan setiap peserta dikenakan biaya Rp40 ribu. Biaya tersebut digunakan untuk menyewa kendaraan dan membeli koran. Para peserta tampak antusias dan menikmati rihlah jurnalistik ini walaupun harus berangkat dari jam 07.00 WIB hingga 23.00 WIB.

"Dalam perjalanan rihlah ini, para peserta mendapat informasi tentang tempat yang dikunjungi. Selanjutnya, mereka diminta menulis resume atau cerita selama perjalanan ini. Tulisan terbaik akan jadi pemenang dan dapat hadiah," tambahnya.

Choirurrojikin menyebutkan, di pondok para santri diajari dalam kegiatan ekstra pesantren bherupa pelatihan jurnalistik dengan pendekatan teori-teori dan praktek penulisan. "Pematerinya berasal dari jurnalis profesional. Kegiatan rihlah ini juga sebuah refreshing biar tidak bosan. Dengan turun ke lapangan, para santri lebih mendalami materi," jelasnya.

Menulis lanjutnya, butuh latihan dan pembiasaan, harus istiqomah. Target jangka panjangnya para santri bisa menghidupkan majalah pondok, website, dan majalah dinding yang ada di pondok.

Lebih jelas Choirurojikin menyebutkan di era digital, santri dituntut pandai dan pintar memanfaatkan kemajuan teknologi untuk sarana dakwah. Baik dakwah bi lisan maupun dengan tulisan. Sehingga masyarakat tak bosen dengan materi dakwah.

"Mayoritas anak muda yang lahir pada tahun 1980-2000 menghabiskan waktu lebih banyak dengan ponsel. Mereka mencari informasi dan mengikuti banyak perubahan lewat internet. Oleh karenanya, ini peluang bagi kader Aswaja untuk menyederhanakan ajaran Islam dalam bentuk tulisan dan dibagi ke banyak orang," pungkasnya. (Syarif Abdurrahman/Muiz)Â