Warta

Pesantren Modern Nur El Falah Tingkatkan Kegiatan para Santri

Rabu, 3 Agustus 2011 | 01:21 WIB

Serang, NU Online
Pondok pesantren modern Nur El Falah yang berada di Kampung Kubang,Desa Tunjung Teja Kecamatan Tunjung Teja, Kabupaten Serang Propinsi Banten yang telah berdiri sejak tahun 1943 ini memiliki sejumlah program Ramadhan yang tergabung dalam Aktifitas Ibadah Ramadhan (AIR) setiap tahun dikala menjelang bulan suci Ramadhan bagi para santrinya.

Program AIR tersebut terdiri dari beberapa Kajian Al-Qur’an, Dzikir, Sholat Tarawih, dan pendalaman agama Islam seputar Puasa di bulan Ramadhan. Hal ini dilakukan para pengurus pondok pesantren untuk menambah motivasi dan mengingatkan para santri tentang ibadah puasa yang di lakukan selama satu bulan penuh.
<>
“Semua program itu memang sudah menjadi kegiatan rutin dari pesantren kami setiap tahun disaat bulan puasa. Dan para santri di wajibkan mengikuti seluruh kegiatan ini, demi memacu semangat dan menambah pemahaman mereka dalam berpuasa,” ujar Pembina Pondok Pesantren Nur El Falah, Idy Faridi Hakim.

Ponpes Nur El Falah juga menyediakan beberapa program unggulan seperti kajian kitab kuning dan penggunaan bahasa asing dalam kehidupan sehari-hari. Di tempat itu juga telah banyak para alumni/lulusan dari pesantren Nur El Falah yang juga menyediakan sekolah formal lainnya,telah menjadi pejabat penting dan orang yang disegani, serta menjadi panutan banyak orang. Idy mencontohkan seperti Drs H Ahmad Kurdi Moekri selaku Anggota DPR RI, adalah lulusan MTS Mu’allimin di pesantren tersebut.

Dalam kesempatan tersebut, Idy menjelaskan seputar sejarah singkat dari pesantren Nur El Falah yang di binanya. Dikatakan Idy, pesantren tersebut didirikan oleh KH Abdul Khabier pada masa penjajahan tahun 1943. Namun di tahun 1948 pada saat terjadinya agresi militer Belanda yang kedua, tempat tersebut dibakar habis oleh Belanda, dan yang tersisa hanyalah gedung Madrasah Ibtida’iyah yang berada di seberang pesantren. Dan setelah kejadian tersebut, Pondok pesantren yang sudah habis di bakar itu dibiarkan begitu saja selama 9 tahun, tanpa di perhatikan keberadaannya.

“Tempat itu mulai dirintis lagi oleh KH Abdul Khabier ketika dirinya menduduki jabatan didalam pemerintahan sebagai pejabat kawedanan Pamarayan pada tahun 1950-1952. Dan 1952-1959 menjadi kawedanan Ciomas,sekaligus pejabat konstituante di Bandung sebagai aktifis Nahdatul Ulama, dan menang dalam pemilu pertamanya di tahun 1955.

Hingga akhirnya pada tahun 1959, KH Abdul Khabier menjadi pejabat direktorat pendidikan Agama Islam, barulah tempat itu mulai dibenahi kembali dengan mendirikan sekolah Formal tingkat SMP dan SMU Muallimin, dan hingga kini tempat tersebut semakin berkembang dan diminati para orang tua yang menginginkan anaknya mengenyam pendidikan pondok pesantren.

“Saat ini jumlah keseluruhan santri yang kami miliki mencapai 2200 orang,terdiri dari putra-putri. Akan tetapi dari jumlah itu, tempat kami hanya dapat menampung 300 orang untuk tinggal dan menetap di dalam pesantren, jadi yang lainnya banyak yang ngontrak rumah ataupun pulang pergi,” terangnya.

Yuni, santri di tenpat tersebut mengaku senang belajar di pesantren Nur El Falah yang mengajarkan setiap santri wajib menggunakan bahasa Arab dan Inggris dalam berkomunikasi setiap hari, dan mendalami pelajaran kitab kuning. akan tetapi ia mengeluhkan kondisi kobong ( kamar Santri-Red) yang terbatas. Ia berharap pengurus pesantren dapat menambah kobong agar lebih banyak santri yang tinggal di dalam.

“Setiap santri wajib berbahasa Inggris dan Arab saat ngobrol dengan siapa saja. dan disini juga beda dengan pesantren lain pada umumnya. Karena disini kami dipadukan antara pelajaran formal dan agama Islam yang mendalam. Dan ini sangat baik bagi kami, dan saya harap pengurus bisa menambah kobong untuk santri lain yang ingin masuk dan menuntut ilmu disini,” ujarnya.

Redaktur: Mukafi Niam
Kontributor: Candra Zaini


Terkait