Warta

Pengajian PWNU Jawa Timur Makin Menarik

Kamis, 4 Agustus 2011 | 10:27 WIB

Surabaya, NU Online
Hidup dan makin bersemangat. Itulah gambaran suasana pengajian yang dilaksanakan di Gedung PWNU Jawa Timur setiap usai shalat dzuhur selama bulan Ramadlan ini.

Suasana menarik terbangun karena para pengasuh membuka kesempatan diskusi usai pengajian. Hal itu dapat dilihat pada hari kedua dan ketiga. Bila pada hari pertama para jamaah masih agak sungkan bertanya pada Rais Syuriyah KH KH Miftachul Akhyar, tidak demikian pada pengajian hari kedua dan ketiga.
<>
Pada pengajian hari kedua yang diasuh H Aria Muhammad, Lc (putra KH Agoes Ali Masyhuri, Wakil Rais PWNU) para jamaah tampak antusias mengajukan pertanyaan pada alumnus sebuah pesantren di Yaman itu. Sementara Gus Aria yang masih pengantin baru itu juga mahir menjawab pertanyaan para jamaah.

Demikian pula dengan hari ketiga pada Kamis ini. Para jamaah malah banyak melakukan diskusi dengan KH Abdurrahman Navis, Lc, M.HI. Apalagi alumnus King Saud University Riadh itu sejak awal telah melempar joke, “Wah ini bukan mau mengaji, tapi mau menguji” kepada para jamaah yang telah bersiap mengikuti pengajian.

Seperti yang diduga sebelumnya, Wakil Katib Syuriah PWNU Jawa Timur itu turut bersemangat menanggapi pertanyaan yang beraneka macam tersebut. Sampai materi awal seputar hati pun bergeser menjadi masalah zakat. Semuanya makin menarik karena pertanyaan yang diajukan juga aktual.

“Orang luar kota yang bekerja di Surabaya, dia wajib memberikan zakatnya di Surabaya, ini inda (menurut) Syafi’i,” tutur Kiai Navis, yang juga pengurus BAZ dan menjabat Ketua Komisi Fatwa MUI Jawa Timur.

Menurut Afif Amrullah, salah seorang peserta pengajian, pengajian di PWNU makin lama makin menarik dan hidup. Hal itu dikarenakan para kiai memberikan kesempatan tanya jawab dan diskusi, sementara selama ini di NU budaya itu kurang berkembang. Komunikasi biasanya hanya satu arah: kiai membaca kitab sedangkan yang lain mendengarkan. Karena itulah ketika kesempatan itu dibuka, banyak yang menyambut dengan antusias.

“Lurah” pengajian, H Abdul Wahid Asa, juga mengatakan hal yang sama. Pengajian terasa semakin hidup. “Rupanya metode ini cocok diterapkan,” tutur salah seorang Ketua PWNU ini. Yah, memang baru pertama kali ini PWNU menggelar pengajian model diskusi seperti sekarang. Sebuah eksperimen yang ternyata mendapatkan sambutan positif dari keluarga besar NU.

Redaktur    : Mukafi Niam
Kontributor: M. Subhan


Terkait