Warta

Dakwah Simpatik Lebih Efektif

Selasa, 9 Agustus 2011 | 16:11 WIB

Surabaya, NU Online
Islam di Eropa pernah mengalami kemajuan yang cukup pesat dan gemilang. Selama lebih tujuh abad Islam berkuasa di Andalusia (Spanyol), umat Islam mencapai kejayaan luar biasa. Banyak prestasi dicapai, bahkan pengaruhnya membawa Eropa dan Dunia pada peradaban yang kompleks. Namun, kejayaan peradaban Islam itu kini hanya tinggal kenangan.<>

Demikian disampaikan Prof. H Shonhaji Sholeh. saat mengisi Pengajian Ramadhan di Kantor PWNU, Senin (08/08) siang. Menurut Prof Shonhaji, hal itu karena proses masuknya Islam di Eropa melalui cara penaklukan atau kekerasan. Berbeda dengan di Indonesia, Islam disebarkan Walisongo dengan cara santun.

“Islam di Eropa cepat tumbuh dan berkembang, tapi juga cepat musnah. Sementara di Indonesia, Islam tetap lestari,” kata Shonhaji yang juga Guru Besar Sosiologi Islam IAIN Sunan Ampel ini.

Prof Shonhaji menerangkan, pada masa kejayaan tersebut, Kota Cordoba merupakan pusat intelektual di Eropa dengan perguruan-perguruan yang amat terkenal dalam bidang kedokteran, matematika, filsafat, kesusateraan bahkan musik.

Eropa berhasil menjadi pusat peradaban dan ilmu pengetahuan serta telah melahirkan sejumlah ilmuwan dan ulama termasyhur. Kontribusi para intelektual dan ulama yang lahir dari Cordoba sangat diakui dan memberi pengaruh bagi peradaban manusia.

Wakil Ketua PWNU Jatim ini menegaskan, dakwah Islam dengan pendekatan santun (rahmah) lebih efektif dalam mengislamkan masyarakat, serta akan bertahan lama. Shonhaji mencontohkan perkembangan Islam di Nusantara yang disebarkan oleh Walisongo. Walisongo menyebarkan Islam dengan pendekatan budaya setempat. Sehingga, ajaran Islam sangat mudah diterima masyarakat dan bertahan hingga sekarang.

Dengan demikian, mantan Dekan Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel ini, menegaskan, jika kita melihat sebuah kemungkaran, misalnya pada bulan Ramadhan ada warung makan buka di siang hari, tempat-tempat hiburan masih beroperasi dan lain-lain, kita memang harus bertindak tapi dengan cara santun.

“Kurang tepat kalau kita bertindak sendiri. Lebih baik koordinasi dengan pihak kepolisian. Karena Larangan warung makan buka siang hari di bulan Ramadlan sudah diatur dalam Perda, maka kita laporkan kalau ada yang melanggar Perda,” tandas Prof Shonhaji menyikapi banyaknya warung makan yang buka di siang hari pada bulan Ramadhan.


Redaktur     : Syaifullah Amin
Kontributor : Abdul Hady JM


Terkait