Nasional

Koin Muktamar Kuatkan Sanad dengan Pendiri Nahdlatul Ulama

Sabtu, 22 Februari 2020 | 16:30 WIB

Koin Muktamar Kuatkan Sanad dengan Pendiri Nahdlatul Ulama

Kirab Koin Muktamar saat berada di Pesantren Al-Muqri Dusun Pesisir, Desa Prenduan, Kecamatan Pragaan, Sumenep, jatim. (Foto: NU Online/Zubairi),

Sumenep, NU Online
Sejumlah donasi yang berikan Nahdliyin atau warga Nahdlatul Ulama bagi kesuksesan muktamar bukan semata membincang nominal. Yang juga tidak kalah penting adalah ikatan sanad sampai kepada muassis atau pendiri jamiyah ini.
 
Penegasan disampaikan KH Zainurrahman selaku Pengasuh Pondok Pesantren Al-Muqri Dusun Pesisir, Desa Prenduan, Kecamatan Pragaan, Sumenep, Jawa Timur, Sabtu (22/2). Hal tersebut berbarengan dengan kehadiran tim kirab Koin Muktamar NU di pesantren dan lembaganya.
 
“Saya ucapkan terima kasih kepada tim kirab yang datang ke sini dan berharap semoga setiap usaha menjadi tali ruh spiritual menguatkan sambungan dengan para pendiri NU,” katanya di hadapan para santri putra Pesantren Al-Muqri.

Disampaikannya bahwa Pondok Pesantren Al-Muqri sudah menyatakan sebagai bagian dari keluarga besar NU sejak pengasuh pertama yakni Kiai Muqri sekitar tahun 1950.
 
"Saya masih menyimpan bukti fisik dokumen Kartanu (Kartu Tanda Anggota Nahdlatul Ulama, red) pengasuh pertama Pesantren Al-Muqri yakni Kiai Muqri yang ditanda tangani langsung oleh Rais Aam KH Abd Wahab Chasbullah,” jelasnya.
 
Dengan kepemilikan Kartanu tersebut memberikan ketegasan oleh pendiri dan pengasuh pertama bahwa pembelaan kepada NU oleh Pesantren Al-Muqri telah terbentuk sejak awal. 
 
“Dari pengasuh pertama dan terus akan dijaga sampai hari kiamat,” tegasnya.
 
Disampaikan pula bahwa sanad NU dari pesantren ini demikian terjaga. 
 
"Sanad ke-NU-an keluarga Pesantren Al-Muqri sharih dari KH M Hasyim Asyari, KH Abd Wahab Chasbullah, Kiai Muqri, KH Ali Bakri, KH Hammam Ali Bakri dan saya, Zainurrahman,” katanya menjelaskan secara runtut sanad dimaksud. 
 
Karena itu, katanya, bagi santri Pesantren Al-Muqri kalau ingin diakui sebagai santri Hadratussyekh KH M Hasyim Asyari, maka jamiyahnya diharapkan ikut Nahdlatul Ulama. 
 
"Pesantren Al-Muqri dari dulu tidak pernah berpisah dari NU, selalu ikut wacana yang dikembangkan untuk peradaban Indonesia dan dunia,” urainya.
 
Kiai Zainurrahman turut mengingatkan bahwa bukan berarti masalah yang dihadapi NU telah selesai hanya berbekal sanad dan sejenisnya.
 
"Tantangan era digital hari ini dengan makin maraknya gerakan transnasional mengharuskan kita untuk menegaskan jati diri dalam berorganisasi yaitu NU,” pungkasnya.
 
 
Kontributor: Zubairi
Editor: Ibnu Nawawi