Nasional

Kemenag Ajak Lembaga Pendidikan Keagamaan Kembangkan Moderasi Beragama

Jumat, 8 November 2019 | 02:00 WIB

Kemenag Ajak Lembaga Pendidikan Keagamaan Kembangkan Moderasi Beragama

Kepala Puslitbang Penda Amsal Bakhtiar membuka resmi seminar hasil riset Moderasi Beragama di Bogor. (Foto: NU Online/Fuad Penda)

Bogor, NU Online
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Pendidikan Agama dan Keagamaan Balitbang Diklat Kementerian Agama (Kemenag) RI Amsal Bakhtiar mengajak lembaga-lembaga keagamaan terus mengembangkan moderasi beragama dan sikap toleransi di kalangan anak didiknya. 
 
"Pengembangan moderasi beragama itu bisa dilakukan melalui kegiatan di internal dan eksternal," ujarnya.
 
Hal tersebut dikatakan Amsal saat memberi pengantar sekaligus membuka resmi seminar hasil penelitian Moderasi Beragama di Lembaga Pendidikan Keagamaan yang dihelat di Hotel Salak Padjadjaran Bogor, Rabu-Jumat, 6-9 November 2019. 
 
Dalam sambutannya, ia juga berharap ada kesimpulan besar yang bisa diungkapkan dalam bentuk executive summary kepada khalayak. “Kesimpulan itu harus yang nendang dan maknyus. Biar bisa kita tawarkan kepada siapa saja. Dalam pikiran saya, bahwa kita telah meneliti 16 lembaga pendidikan keagamaan, bisa nggak kita dapatkan semacam role model (percontohan) dari lembaga tersebut,” pancingnya.
 
Role model itu, kata dia, bisa diklasifikasi ke dalam tiga atau empat model. Misalnya, lembaga mana saja yang melakukan penndidikan moderasi atau bersikap moderat secara pasif. Kedua, mana saja yang aktif.
 
“Jadi, lembaga ini aktif menanamkan sikap moderasi dan toleransi di kalangan siswa. Kemudian, aktif dalam kuliah umum atau ceramah. Nah, ketiga yang proaktif. Ini nilainya kira-kira 9 atau 10,” ujar Amsal.
 
Pria asal Padang Sumatera Barat ini mengatakan, dari 16 lembaga tersebut adakah yang ketika ada konflik baik itu antaragama atau intraagama pihaknya turut larut dalam penyelesaian konflik tersebut.
 
“Kemudian, dengan datangnya tokoh yang demikian berwibawa di lingkungannya maka konflik tadi hilang. Nah, ini yang sama maksud proaktif,” tandas mantan Direktur Pendidikan Tinggi Islam Ditjen Pendis ini.
 
Dalam laporannya, Kabid Litbang Pendidikan Keagamaan Husen Hasan Basri mengatakan, ada 16 lembaga pendidikan yang diteliti. Lembaga-lembaga pendidikan tersebut tersebar di sembilan provinsi, yakni Banten (1), DKI Jakarta (1), Jawa Barat (3), Jawa Tengah (2), Yogyakarta (2), Jawa Timur (2), Bali (2), Sulawesi Utara (1), dan Nusa Tenggara Timur (2).
 
Koordinator penelitian moderasi beragama di lembaga pendidikan, Nunu Ahmad An-Nahidl, menambahkan adapun nama-nama lembaga itu adalah STABN Sriwijaya Tangerang Banten, SMTK Bethel Jakarta, Pesantren Raudlah at-Thalibin Babakan Ciwaringin Cirebon, Litang Agung Cibinong Bogor, Litang Harmoni Kehidupan Cimanggis Depok.
 
“Lalu, Pesantren Al-Muayyad Windan Solo, STIAB Smaratungga Boyolali, PP Nurul Ummahat Yogyakarta, Seminari Tinggi Kentungan Yogyakarta, Pesantren Nurul Huda Surabaya, STT SAAT Malang, Pasraman Rsi Markandya Taro Gianyar, Institut Hindu Dharma Indonesia Denpasar, Sekolah Tinggi Filsafat Pineleng Minahasa
Seminari Tinggi Maumere Sikka, PP Walisanga Ende Flores,” paparnya.

Kegiatan tersebut mengundang para guru, penyuluh, dan perwakilan ASN Kemenag Kota Bogor dan Kabupaten Bogor, serta delegasi ormas keagamaan. Hadir sebagai narasumber, Staf Ahli Menteri Agama Prof Oman Fathurrahman, dan Koordinator Seknas Gusdurian Alissa Wahid.
 
Pewarta: Musthofa Asrori
Editor: Abdul Muiz