Nasional

Kaum Milenial Bincang Musik sebagai Penakluk Jiwa

Sabtu, 11 April 2020 | 16:15 WIB

Kaum Milenial Bincang Musik sebagai Penakluk Jiwa

Dosen Psikologi Islam pada Kajian Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia Salemba Thobib Al-Asyhar (kanan) mengisi Diskusi 'Musik sebagai Penakluk Jiwa'.

Jakarta, NU Online
Di tengah pandemi wabah virus Corona (Covid-19), kaum milenial tidak ingin terlena dalam ketakutan dan kekalutan. Mereka mencoba menghadirkan suasana baru yang lebih menyehatkan dunia, salah satunya melalui diskusi bertema Musik sebagai Penakluk Jiwa. Diskusi santai ini digelar melalui pranala UmeetMe. 
 
Bincang gayeng khas milenial ini menghadirkan narasumber utama Thobib Al-Asyhar, Dosen Psikologi Islam pada Kajian Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia Salemba. Diskusi dimoderatori Ahmad Syamsuddin, aktivis Moderasi Beragama di Kalangan Milenial.
 
Dalam paparannya, ia mengatakan bahwa secara filosofis, alam raya ini tercipta bersamaan dengan suara-suara indah yang membentuk harmoni yang disebabkan oleh pergerakan tata surya, planet, dan seluruh isi jagad.
 
"Dalam kehidupan sehari-hari, suara angin bertiup, gelombang ombak di lautan, kicauan burung, suara jangkrik, derai air hujan, dan lain-lain telah membentuk nada-nada alam yang begitu indah yang sehingga menimbulkan suara-suara musikal," ujarnya mengawali diskusi.
 
Demikian juga, lanjut dia, manusia diciptakan oleh Allah terdapat jantung yang berdetak secara teratur membentuk harmoni suara yang sangat mengagumkan, sehingga manusia bisa merasakan sensasi kebahagiaan.
 
"Jika detak jantung itu mendapatkan stimulasi yang cocok dari luar, seperti mendengar lantunan indah kitab suci, jiwa seseorang akan sampai pada titik transendensi diri," kata Thobib.
 
Secara filosofis, kata dia, unsur suara yang membentuk harmoni musikal adalah bagian dari ciptaan alam raya itu sendiri, termasuk manusia. Sehingga tidak ada alasan manusia menolak keberadaan suara-suara musikal. Menurut Imam al-Ghazali, panca indera pertama yang diciptakan Allah adalah telinga (alat pendengaran).
 
"Sehingga meski masih dalam kandungan seorang ibu, janin bisa mendengar suara-suara batin (ekspresi emosi) seorang ibu dan suara dari diri dan orang lain. Maka tak heran jika banyak ibu hamil memperdengarkan janinnya dengan musik klasik untuk menumbuhkan jiwa positif jika kelak lahir sebagai manusia," paparnya.
 
Diskusi gayeng yang digelar selama hampir dua jam ini diikuti puluhan warganet dari sejumlah daerah. Tak hanya dari kota-kota di Pulau Jawa, namun juga dari Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Sri Wahyuni asal Pontianak mengaku senang bisa bergabung dalam acara diskusi bersama kaum milenial.
 
"Saya bahagia sekali bisa mengikuti diskusi ini meski sinyal timbul tenggelam. Jika nanti ada acara seperti ini lagi, mohon dikabari. Ini saya tinggalkan nomor WhatsApp saya kepada moderator. Terima kasih," ujarnya.
 
 
Pewarta: Musthofa Asrori
Editor: Kendi Setiawan