Nasional

Di Pesantren Krapyak Menag Fachrul Razi Sebut 3 Keunggulan Santri

Jumat, 13 Desember 2019 | 18:00 WIB

Di Pesantren Krapyak Menag Fachrul Razi Sebut 3 Keunggulan Santri

Silaturahim Menag Fachrul Razi  Pondok Pesantren Al Munawwir Krapyak Yogyakarta, Kamis (12/12)

Yogyakarta, NU Online
Menteri Agama RI Jenderal (Purn) Fachrul Razi memberikan motivasi kepada ratusan santri Pondok Pesantren Al Munawwir Krapyak Yogyakarta. Menurut Menag, santri punya tiga kelebihan dibanding remaja pada umumnya.
 
"Seorang santri itu pasti lebih sehat, cerdas, dan amanah," tandas Menag, Kamis (12/12).
 
Menurut Menag, santri disebut lebih sehat dibanding yang lain sebab sudah terbiasa bangun Subuh. "Dengan bangun waktu Subuh, bahkan sebelumnya, maka santri menghirup udara yang masih bersih, dan ini menyehatkan," tegasnya seraya mengatakan  bahwa mungkin saja remaja yang lain masih di dalam selimut.
 
Kedua, disebut cerdas karena santri tidak hanya belajar ilmu agama, tapi juga ilmu umum, bahasa, sosial dan lainnya. Ketiga, amanah. "Santri pasti menjaga amanah dari orang tua dan menjaga amanah dari kiai. Termasuk amanah dari para pahlawan santri dan menjaga amanah dari Allah dengan jalan meningkatkan iman dan takwa," urai Menag.
 
Di sisi lain, Menag mengingatkan tantangan untuk santri kelak saat mengarungi kehidupan. "Saya ingatkan para santri bahwa kalian di sini bertemu dengan orang-orang baik. Namun, di luar sana bisa ketemu orang jahat. Maka perlu dibentengi dengan moral dan keteguhan sikap," kata Menag.
 
Selain itu, Menag juga mengingatkan kisah Rasulullah yang mampu mendengar saran dari orang lain sekaligus cerdas dalam mengambil keputusan.
 
"Pesan utamanya sepintar apa pun kalian jangan sombong, kalau ada orang memberi saran dan masuk akal bisa digunakan," tukasnya.
 
"Seperti Kiai Najib ini (KH R Muhammad Najib Abdul Qodir Munawwir, pengasuh Al Munawwir) yang memiliki ilmu tinggi namun tetap merendah seperti filsafat padi makin berisi makin tunduk," sambungnya.
 
Sejarah Pesantern Al Munawwir
Sebelumnya, mewakili pihak pondok, KH Fairuzi Hafidz menceritakan perjalanan Pesantren Al Munawwir.
 
"Pesantren Al Munawwir didirikan oleh Simbah Kyai Haji Raden Munawwir pada 1911. Sebelumnya beliau belajar di Makkah selama 21 tahun yakni pada kurun 1888-1909," terangnya.
 
Basis pesantren ini, kata Kiai Fairuzi, adalah Al-Qur'an. "Mbah Munawwir selain hafal Al-Qur'an juga ahli qira’ah sab’ah," ujarnya. "Uniknya, dulu saat di Makkah beliau kirim surat kepada orang tuanya yang ada di Yogya, yang isinya mohon doa restu ingin menghafal Al-Qur'an di sana," terangnya.
 
Saat orang tuanya masih agak heran karena Al-Qur'an cukup tebal, sudah datang surat kedua. "Alhamdulillah berkat restu Bapak-Ibu, ananda mampu menghafal Al-Qur'an," sebut KH Fairuzi menyitir surat kedua Simbah Kiai Munawwir seraya menyebut rentang kedua surat ini hanya berjarak sekitar 40-70 hari.
 
KH Fairuzi menambahkan hingga saat ini kepemimpinan pondok mencapai generasi ketiga. "Saat ini dipegang tujug pengasuh yang diketuai KH R Muhammad Najib Abdul Qodir. KH Najib Abdul Qodir dikenal hafal Al-Qur'an di luar kepala dan ahli qira’ah sab’ah," terangnya.
 
"Beliau itu saat mengigau dalam tidur saja yang keluar hafalan Al-Qur'an, begitu juga saat  sima’an, tertidur langsung bisa meneruskan bacaan sebelumnya," pungkas KH Fairuzi.
 
Hadir pada kesempatan itu, Sekretaris Menag Khoirul Huda' Kakanwil Kemenag DIY Edhi Gunawan; Kepala Bagian Tata Usaha Kemenag DIY Wahib Jamil dan beberapa pejabat lainnya.
 
Sementara dari pihak pesantren selain KH R Muhammad Najib Abdul Qodir Munawwir, juga hadir KH R Chaidar Muhaimin Afandi, KH Fairuzi Hafidz, KH Achmad Shidqi dan segenap dzurriyah pesantren. Silaturahim ini ditutup doa yang dipimpin KH Najib Abdul Qodir.
 
Kontributor: Brahma Ajiputra
Editor: Kendi Setiawan