Internasional

PCINU Taiwan Diskusikan Penangkalan Hoaks

Sabtu, 3 Agustus 2019 | 23:00 WIB

PCINU Taiwan Diskusikan Penangkalan Hoaks

Diskusi dan peluncuran buku 'Ruang Opini Publik' PCINU Taiwan.

Taipei, NU Online 
Hoaks, menurut Cambridge Dictionary dapat diartikan sebuah rencana atau trik untuk membohongi seseorang, seperti mengatakan berita yang tidak benar, baik sebagian maupun sepenuhnya salah. Maraknya hoaks yang beredar di masyarakat Indonesia, bahkan sejak jauh-jauh hari sebelum masa Pilpres hingga pesta demokrasi akbar Indonesia itu berakhir, hoaks belum lenyap dari jagat nyata maupun maya.

Menggandeng PCINU Taiwan, Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia di Taipei (KDEI Taipei) dan Bank Negara Indonesia (BNI), Indonesia Diaspora Network in Taiwan (IDN) Taiwan memanfaatkan momentum terbitnya buku berjudul Ruang Opini Publik karya Lalu Tri Wijaya Nata Kusuma, yang merupakan cendikiawan muda anggota PCINU Taiwan.
 
"Melalui  diskusi publik yang mengambil tema tentang Cerdas Beropini, Stop Hoax! ini selain sebagai wadah untuk launching perdana buku Ruang Opini Publik, juga merupakan sebuah upaya edukasi dan ruang berdiskusi positif bagi masyarakat, khususnya untuk para Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Taiwan, mahasiswa, serta elemen-elemen lainnya yang merasakan keresahan yang sama tentang bahaya hoaks," ujar L Tri Wijaya, yang sebelumnya juga merupakan Ketua PPI Taiwan periode 2017/2018.
 
Hadir dalam pembukaan dan peluncuran Ruang Opini Publik yang berlangsung akhir Juli 2019 tersebut, Rais Syuriyah PCINU Taiwan Ustadz Agus.
 
Kegiatan diskusi tersebut sebagai ajang edukasi bagi mereka agar lebih cerdas dalam beropini juga khususnya bersosial-media. "Terbitnya buku Ruang Opini Publik yang ditulis oleh L Tri Wijaya, diharapkan nantinya dapat menjadi rujukan literasi rekan-rekan WNI di Taiwan dalam menyikapi fenomena hoaks sebagai upaya agar selalu berhati-hati dalam mengeluarkan pendapat," katanya.
 
Dalam artikel- artikel opini yang ditulis oleh L Tri Wijaya tersebut, diharapkan dapat menambah wawasan dan perspektif baru bagi pembaca khususnya dikalangan para aktivis mengenai problematika kehidupan bermasyarakat khususnya di Indonesia dalam kehidupan sehari-hari serta bagaimana mengelola ide atau gagasan dalam pandangan objektif dan komprehensif.
         
Seiring perkembangan zaman, di mana begitu pesatnya perkembangan teknologi informasi membuat arus informasi begitu cepat tersalurkan melalui kanal-kanal media online di seluruh dunia. Peran platform sosial media begitu mendominasi kehidupan masyarakat, sehingga pemikiran, asumsi atau opini dengan cepat berkembang.

Prinsipnya, tidak mudah bahkan mungkin kita tidak bisa sepenuhnya mengendalikan atau menghentikan pola komunikasi dan arus informasi yang liar tersebut. Seiring maraknya penyebaran informasi yang cenderung subjektif dan terindikasi hoaks maka ruang- ruang opini publik tersebut tidak dapat sepenuhnya menjadi acuan dalam menerima informasi dan membuat sebuah keputusan secara instan.

"Akibat dari ego dan hawa nafsunya, banyak dari kita yang terseret arus untuk menyebar berita atau informasi yang belum jelas terbukti sumber dan kebenarannya. Maka, pentingnya nilai tabayyun adalah dengan meneliti dan menyeleksi informasi, tidak tergesa-gesa memutuskan permasalahan baik dalam perkara hukum, kebijakan dan sebaginya hingga sampai jelas benar permasalahnnya, sehingga tidak ada pihak yang merasa tersakiti," kata Tri.

Dalam buku tersebut berbagai fenomena kasus yang terjadi di Indonesia dibahas, dengan perspektif penulis secara objektif dan komprehensif seperti kehidupan generasi millennial di era ekonomi digital, isu tenaga kerja asing dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia, sistem transportasi, pengelolaan sampah, kehiduapan pelajar dan pekerja migran di Taiwan, hingga isu politik Palestina.

"Secara keseluruhan, pesan yang ingin disampaikan dalam buku tersebut khususnya bagi rekan-rekan aktivis millenial bahwa dalam menghadapi isu atau fenomena kehidupan bermasyarakat di Indonesia agar selalu memberikan infromasi, pandangan dan opini yang kritis, rasional dan objektif. Sehingga, masyarakat di luar sana dapat tercerahkan dan mendapat manfaat dalam penyebaran informasi yang didapatkan melalui kanal-kanal berita online," pungkas Tri. (Red: Kendi Setiawan)