Daerah

Fakultas Dakwah Dituntut Peka Zaman

Senin, 28 April 2014 | 02:02 WIB

Jepara, NU Online
Peminat Fakultas Dakwah di berbagai perguruan tinggi agama islam (PTAI) belum sesuai harapan. Hal dikeluhkan Abdul Wahab dari Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Nahdlatul Ulama (Unisnu) Jepara.<>

Menanggapi hal itu, Arief Subhan, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menilai sudah saatnya pelajar yang hendak melanjutkan studi perlu mempunyai kesadaran baru dalam kuliah tidak hanya sekadar menjadi guru.

“Siswa yang mau kuliah tidak hanya memilih jurusan guru. Meski alumninya jelas. Namun Fakultas Dakwah juga bisa menjadi pertimbangan siswa yang hendak kuliah,” katanya dalam Seminar Nasional: Menuju Umat “Melek Media” dan Media “Melek Sosial” di kampus Unisnu Jepara, Sabtu (26/4) pagi.

Maka tak salah jika FIDIK yang ia gawangi menjadi empat besar fakultas favorit di UIN Jakarta. Menurut Arief, Fakultas Dakwah harus peka terhadap perkembangan zaman. Tetap mempertahankan ilmu dakwah juga ditambah dengan ilmu komunikasi. “Ini yang dinamakan integrasi ilmu agama dan ilmu umum,” jelasnya.

Arief menambahkan di kampusnya, mahasiswa yang KKN di daerah Tangerang Selatan, misalnya mendapatkan kucuran dana 10 juta per posko. “Hal ini bagian pengembangan dakwah yang kami lakukan,” imbuhnya.

Sementara itu, Triyono Lukmantoro pakar ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro menyampaikan hal senada. Fakultas Dakwah kedepan perlu membuka jurusan baru, ilmu komunikasi. Disamping itu dalam pengembangannya dibutuhkan 4P: product, price, place dan promotion.

TL, panggilan akrabnya, product, terkait visi-misi atau “dijual” kepada masyarakat. Price, harga, biaya kuliah jika dibanding dengan kampus lain. Place, cukup strategiskah lokasi kampusnya dan promotion, strategi promosi.

“Pemasangan spanduk, berita di koran bukan menjadi media utama dalam promo. Face to face dengan calon mahasiswa di sebuah SMA juga sangat penting,” tegasnya.

Triyono juga menyebut promo unik di SMA juga perlu dilakukan. “Jangan sampai lupa juga untuk menyentuh pesantren dan luar daerah di karisidenan Pati,” tambahnya. (Syaiful Mustaqim/Anam)


Terkait