Nasional

Pesan KH Miftachul Akhyar untuk Alumni Al-Azhar Mesir

Sabtu, 14 Mei 2022 | 10:30 WIB

Pesan KH Miftachul Akhyar untuk Alumni Al-Azhar Mesir

Rais 'Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar. (Foto: NU Online)

Surabaya, NU Online

Lebih dari 200 alumni PCINU Mesir berkumpul di Pondok Pesantren Miftachussunnah, Kedung Tarukan, Surabaya pada Rabu lalu. Pesantren asuhan Rais ‘Aam PBNU KH Miftachul Akhyar tersebut menjadi tuan rumah halal bihalal ke-4 Ikatan Alumni NU Mesir (IKANU Mesir).


Sebeumnya, halal bihalal IKANU Mesir diselenggarakan di Tebuireng Jombang (2015), Tegalrejo Magelang (2018), dan Lasem Rembang (2019). Gus Zaki (Muzakki Yamani), salah satu putra KH Miftachul Akhyar juga aktif di PCINU Mesir pada periode 2000-2005.


KH Miftachul Akhyar dalam tausiahnya menyampaikan bahwa dirinya sempat ditawari 4 tempat untuk berjuang mendakwahkan Islam. Kiai Miftach memilih wilayah Kedung Tarukan karena saat itu menjadi wilayah rawan yang dikuasai para preman.


“Saya beranikan diri berdakwah di sini dan alhamdulillah bisa ikut mewarnai wilayah ini dengan nilai-nilai Islam. Alumni Mesir saya harapkan dapat menghadapi tantangan-tantangan seperti ini,” ucap Kiai Miftach.


Lebih lanjut, KH. Miftachul Akhyar juga berharap, alumni Mesir dapat memastikan agar setiap pesantren yang telah berdiri dapat terus berlanjut.


“Jangan sampai saat kiainya wafat, maka wafat pula pesantrennya. Alumni Mesir juga perlu menampilkan wajah Islam sebagai agama yang sempurna dan paripurna,” tutur Kiai Miftach.


Alumni Al-Azhar Mesir juga mempunyai peran yang signifikan untuk mengawal Islam Ahlussunnah wal Jamaah, yaitu Islam yang moderat atau wasathiyyah. Geneologi keilmuan Syaikhona Kholil Bangkalan itu juga bersambung kepada ulama-ulama Al-Azhar karena beliau pernah berkelana ke Mesir.


Syaikhona Kholil adalah maha guru ulama-ulama yang ada di Indonesia. Para alumni harus bisa meneruskan semangat keilmuan dan dakwah yang dimulai Syaikhona Kholil. Sebagaimana diketahui, KH Kholil Bangkalan juga berperan penting dalam kelahiran NU.


Selain KH Miftachul Akhyar, panitia halal bihalal juga meminta beberapa tokoh alumni Al-Azhar untuk memberikan pesan dan wejangan. 


KH Faiz Syukron Makmun, Ketua Umum IKANU, menyampaikan arahan agar seluruh anggota IKANU dapat selalu mengampanyekan Islam ala Ahlussunnah wal Jamaah di seluruh lapisan masyarakat. Hal itu karena Aswaja NU dan Al-Azhar memiliki kesamaan-kesamaan.


“Kita berharap jika Grand Syekh Al-Azhar membicarakan Aswaja di seluruh dunia, maka beliau akan mengambil contoh NU sebagai organisasi pengawal Aswaja teladan,” ujar Wakil Katib Syuriah PBNU tersebut.


KH Faiz Syukron Makmun yang dikenal dengan Gus Faiz ini juga menyampaikan otokritiknya pada organisasi yang sudah dipimpinnya sejak 2015 tersebut. Menurutnya, IKANU sudah punya semuanya: Akta notaris, rekening bank, dan training center bagi calon mahasiswa Al-Azhar.


“Namun, satu yang belum punya saat ini: Kinerja konkret! Maksudnya terkait proses muadalah lembaga-lembaga pendidikan NU pada Al-Azhar sehingga alumninya dapat langsung melanjutkan kuliah di Al-Azhar dengan lebih mudah,” kritiknya. 


Sementara itu, Muchlis M. Hanafi, Katib Syuriyah PCINU Mesir periode 2002-2006 menceritakan pesan Dirjen Pendidikan Islam Kemenag kepada jajarannya.


“Tugas di Direktorat Pendidikan Tinggi Islam ini insyaallah akan mulus dilalui, hanya satu yang tampaknya cukup rumit dan membutuhkan kerja ekstra keras: soal mahasiswa Mesir,” ujar Muchlis Hanafi.


Maka dari itu, Muchlis mengharapkan sinergi seluruh pihak, di antaranya IKANU Mesir, Organisasi Internasional Alumni Al Azhar (OIAA) Indonesia, Kementerian Agama, dan KBRI Cairo.


Prof KH Imam Ghozali Said adalah salah satu tokoh senior IKA-NU Mesir. Ia menimba ilmu di Mesir pada awal 1980-an. Ia menyampaikan bahwa berkhidmah di NU memiliki tanggung jawab besar. Menurut Guru Besar UIN Sunan Ampel tersebut, kader NU diminta untuk selalu ikhlas dalam berjuang utuk umat.


Selain Prof KH Imam Ghazali Said, ada KH Afifuddin Dimyathi yang studi di Al-Azhar sejak akhir 1990an. Ia mengungkapkan kekagumannya pada dinamika yang selalu berkembang di grup WA IKANU Mesir.


“Saya sempat keluar karena dulunya saya pikir isinya guyon terus. Namun, saya dimasukkan lagi dan kemudian menikmati menjadi anggota grup WA IKANU karena saya lihat dinamikanya luar biasa hebat. Kadang terletup konflik namun dengan cepat diakhiri dengan guyonan khas NU,” ucap dia.


Dosen Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya itu kemudian menyisipkan mauidzoh hasanah. “Dalam setiap komunitas, termasuk IKANU Mesir, kita harus menjauhkan diri dari 3 sifat, yaitu qolbun mutakabbir (sombong), qolbun gholidz (kasar), dan qolbun qoshi (keras). Jangan sampai karena merasa besar, merasa punya santri banyak maka tidak mau gabung dengan IKANU Mesir. Kita perlu berhati-hati pula agar hati kita tidak kasar dan keras,” pesan Kiai Afifuddin Dimyathi.


Halal bihalal IKANU ini ditutup dengan ramah tamah dan sajian masakan khas Mesir seperti to’miyah, isy, dan tojin. Tak pelak, hidangan ini disambut dengan hati riang oleh ratusan peserta yang hadir dari berbagai kota ini, seperti Depok, Jakarta, Bekasi, Semarang, Kudus, Pati, Salatiga, Magelang, Yogyakarta, Lamongan, Gresik, Madura, hingga Jember dan Banyuwangi.


Kontributor: Aghi

Editor: Fathoni Ahmad