Perlu Terima Kondisi untuk Obati Trauma Korban Kekerasan Seksual
Sabtu, 6 Agustus 2022 | 13:00 WIB
Afina Izzati
Kontributor
Jakarta, NU Online
Kekerasan seksual yang menimpa seseorang akan berdampak pada traumatis korban. Menurut jurnal An-Nafs Institut Agama Islam Tribakti Kediri menyebutkan bahwa korban kekerasan seksual dapat mengalami stres akibat pengalaman traumatis yang telah dialaminya.
Dosen Psikologi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kudus, Hj Farida mengungkapkan perlunya menerima kondisi diri sendiri, meskipun membutuhkan proses dan waktu yang tidak singkat.
“Perlu kerelaan untuk menerima diri dan tetap optimis menjalani hidup, karena kejadian itu sudah berlalu maka harus bisa move on dan tidak mengingat apa yang seharusnya tidak perlu diingat,” tuturnya saat dihubungi NU Online, Jum’at (5/8/2022).
Ia juga menambahkan, hal yang dapat dilakukan yakni menyibukkan diri dengan hal-hal positif dan manfaat. Terus berkarya dan tetap berprestasi untuk menunjukkan kelebihan yang dimiliki di banding orang lain.
“Jangan lupa untuk terus mencari informasi positif untuk melindungi diri atau mengenali diri, agar kejadian yang sama tidak terulang kembali,” ujarnya.
Aktivis Pimpinan Cabang (PC) Fatayat NU Kudus itu menyebutkan perlunya pendampingan khusus kepada korban kekerasan seksual, baik oleh orang terdekatnya maupun psikolog.
“Ketika terjadi depresi tetap harus dibawa ke psikolog dan psikiater untuk mendapatkan treatment dan obat. Biasanya yang membuat trauma adalah apa pun yang berkaitan dengan profil pelaku, maka orang terdekatnya harus menyampaikan profil yang berbeda dengan pelaku itu,” jelas Hj. Farida.
Menurutnya dengan pendekatan-pendekatan dari orang di sekelilingnya akan menjadikan korban berani berbicara dan menceritakan kejadian yang dialami.
Hj Farida menyampaikan pesan untuk menyayangi diri seoptimal mungkin, sehingga berani menolak, melawan, ataupun meminta pertolongan dengan gerakan atau suara saat mengalami kondisi tidak mengenakkan itu.
“Hindari tempat yang sepi, dan jangan terlalu dekat dengan lawan jenis yang relasinya tidak setara. Seperti anak kecil dengan orang dewasa, murid dengan gurunya, mahasiswa dengan dosennya, dan lain sebagainya,” pungkasnya.
Kontributor: Afina Izzati
Editor: Fathoni Ahmad
Terpopuler
1
Innalillahi, H Tosari Widjaja Wafat dalam Usia 84 Tahun, Aktivis NU Sejak Muda
2
Khutbah Jumat: Keistimewaan Umat Nabi Muhammad
3
Khutbah Jumat: Rabiul Awal, Maulid, dan Keutamaan Membaca Shalawat
4
Gelar Munas, Sako Pramuka Resmi Berganti Nama Jadi Pandu Ma'arif NU
5
Khutbah Jumat: Meraih Berkah dan Syafaat dengan Shalawat
6
Harlah Ke-95, LP Ma’arif NU akan Wujudkan Visi Pendidikan Bereputasi Internasional
Terkini
Lihat Semua