Nasional

Muslimat NU Soroti Penyebab Perempuan Menjadi Buruh Migran

Ahad, 30 September 2018 | 01:00 WIB

Jakarta, NU Online
Muslimat Nahdlatul Ulama terpanggil memberikan pemberdayaan kepada para perempuan eks buruh migran agar ketika kembali ke tanah air mempunyai keterampilan ekonomi. Langkah ini mencegah agar mereka tidak kembali menjadi buruh migran saat ekonomi kembali melilit.

Atas problem tersebut, Pimpinan Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama menggelar pelatihan kader penggerak perempuan desa pada Kamis-Ahad (27-30/9) di Indramayu, Jawa Barat. Kegiatan ini melibatkan para perempuan eks buruh migran.

Menurut Ketua Periodik PP Muslimat NU Hj Mursyidah Thahir, upaya pemberdayaan untuk para perempuan di desa ini di antaranya untuk menekan jumlah buruh migran di Indramayu. Bekerja ke luar negeri seakan menjadi solusi terkahir dari persoalan ekonomi yang melilit mereka.

“Potret kemiskinan inilah di antara yang mendorong tingginya buruh migran atau Pekerja Migran Indoensia, terutama dari Kabupaten Indramayu yang mencapai 105.479 orang,” jelas Mursyidah lewat keterangan tertulisnya kepada NU Online, Sabtu (29/9).

Temuan hasil assessment terkait penyebab keberadaan buruh migran yaitu: pertama, menjadi buruh migran merupakan pilihan terakhir ketika tidak adanya modal berusaha, terbatasnya lapangan kerja dan kebutuhan rumah tangga yang terus meningkat. Sehingga dengan keterbatasan skill yang ada, terdapat 10.000 lebih tenaga kerja setiap tahun, menjadi TKI dengan nasib atau kondisi yang berbeda-beda.

“Ada yang kemudian punya para buruh migran memiliki tabungan dan usaha sekembali dari luar negeri ada pula yang kembali dengan kondisi sangat memprihatinkan,” ucap Mursyidah.

Kedua, secara geografis sesungguhnya sumberdaya alam di kabupaten Indramayu cukup potensial sebagai daerah trans-jawa (penghubung antara pulau jawa) maka industri olahan makanan cukup menjanjikan seperti bakso, sosis dan abon serta olahan makanan berbasis ikan laut.

“Hal ini yang menjadi harapan setelah adanya pelatihan mereka dapat membuka usaha ekonomi produktif,” terangnya.

Ketiga, ada keinginan kuat bagi masyarakat terutama perempuan memiliki keterampilan ekonomi sehingga menghasilkan keuntungan yang dapat mendukung pemenuhan kehidupan secara berkelanjutan dengan pendampingan dari kader penggerak desa dan fasilitasi pemerintah setempat.

Dari temuan lapangan tersebut, maka Muslimat NU  bekerja sama dengan Hanns Seidel Foundation dari Jerman melaksanakan pelatihan kader perempuan penggerak desa pada program’ Demokrasi Desa Dan  Pemberdayaan Sumber Daya Perempuan’.

Hadir dalam kegiatan tersebut di antaranya Ketua II PP Muslimat NU sekaligus Koordinator Tim Kerja Sama PP Muslimat NU dan Hanns Seidel Foundation Nyai Hj Nurhayati Said Aqil Siroj beserta jajaran pengurus lainnya dan Direkur Hanns Seidel Foundation Daniel Hilmann. 

Dari unsur pemerintah daerah hadir Sri Wulaningsih sebagai kepala dinas Tenaga Kerja dan Umar Danni, pelaksana dinas Pembangunan Masyarakat Desa (PMD) Kabupaten Indramayu. (Fathoni)