Nasional

Dua Tantangan Kemerdekaan RI Menurut Imam Besar Masjid Istiqlal

Sen, 17 Agustus 2020 | 14:30 WIB

Dua Tantangan Kemerdekaan RI Menurut Imam Besar Masjid Istiqlal

Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof Nasaruddin Umar. (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online
Di usia kemerdekaan yang ke-75 ini, bangsa Indonesia menghadapi banyak tantangan mulai dari sektor ekonomi, medis, ancaman perpecahan, dan lain sebagainya. Namun di antara sebagian besar tantangan itu, ada dua persoalan yang berdampak paling nyata dalam masyarakat kita yakni Covid-19 dan ajaran radikalisme kekerasan.


Hal itu diungkapkan Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof Nasaruddin Umar. Ia mengatakan, kedua tantangan itu perlu segera dijawab bersama oleh seluruh elemen bangsa, terutama dalam rangka mengisi kemerdekaan RI yang sudah berusia 75 tahun ini.


“Saat ini ada dua bahaya laten yang harus kita atasi yaitu virus Covid-19 lalu yang kedua adalah radikalisme terorisme. Ini sama bahayanya. Sebagai warga bangsa, Covid-19 harus dan wajib kita singkirkan dengan usaha dan doa tentunya. Tapi selain itu, virus radikal terorisme ini juga perlu kita singkirkan juga,” ujar Prof Nasaruddin Umar, di Jakarta, Ahad (16/8).


Dalam rangka penanganan virus Covid-19 yang sedang mewabah ini, ia mengingatkan pentingnya kerjasama antar semua elemen bangsa mulai dari pemerintah hingga masyarakat untuk menanggulangi virus ini. Sebab virus ini tidak bisa hanya dihadapi oleh kebijakan pemerintah yang tidak bisa sejalan dengan perilaku masyarakat Indonesia. “Peran masyarakat sangat dibutuhkan untuk menanggulangi wabah Covid-19 saat ini,” ujarnya.


Tantangan lain yang tak kalah berbahayanya, yakni radikalisme kekerasan, juga memerlukan kerja sama antara pemerintah dan masyarakat, serta unsur lain. “Selain itu, kami juga berharap kerjasama masyarakat dan pemerintah untuk memerangi atau memusuhi segala bentuk terorisme, kekerasan dan semacamnya. Kalau ini dilakukan saya kira kita akan hidup tentram sebagai warga bangsa,” terangnya.


Nasaruddin mengungkapkan, untuk menanggulangi paham radikal terorisme, masyarakat harus memiliki pemahaman agama yang mendalam dan tidak belajar kepada guru yang tidak tepat. Menurutnya, perlu bagi kita untuk memahami Al-Qur’an dan Hadits secara mendalam agar tidak melenceng.


“Karena pemahaman agama yang melenceng bisa bahaya dalam masyarakat. Karena itu belajarlah kepada sumber yang lebih baik. Jangan belajar kepada orang-orang yang tidak jelas sanad keilmuannya dari mana. Tiba-tiba datang dengan mengkafir-kafirkan orang lain, membid’ahkan orang, jadi semua orang mau diajak berdebat. Bangsa kita yang seperti ini, yang sangat plural, saya harap mari kita jalin persatuan dan kesatuan bukan menekankan aspek perbedaan dan pertentangan,” tuturnya.


Mantan Wakil Menteri Agama RI ini menyampaikan bahwa harus ada yang bisa menjadi contoh di dalam masyarakat dan dalam lingkungan, untuk menjalankan agama secara toleran. Termasuk juga memiliki jiwa nasionalisme untuk membangun bangsa.


Pewarta: Ahmad Rozali

Editor: Muhammad Faizin